TERIMA KASIH MANUSIA
UNIK
“Hei ayo
belajar. Kau ini malas sekali. Sebentar lagi kita akan UN.” Suara gadis membuat
bibirku melengkung ke bawah. Kata-kata itulah yang sering aku dengar jika aku
bersama 2 orang kaya yang tidak jelas keberadaannya di bumi ini.
“ Suna
benar, kita harus focus untuk ujian nanti. Bisakah kau membaca bukumu itu?”
pertanyaan Panji membuat bibirku semakin melengkung.
“ Iya. Nanti
juga kau baca. Aku lagi asyik main handphone nih” jawabku
“ Coba
sebutkan buku apa yang paling penting untukmu, Ema!” Tanya Panji
“ Buku yang
paling penting dalam hidupku adalah buku hutang teman-temanku. Jika buku itu
hilang, maka maka aku tidak bisa meminta uang
yang aku pinjami.” Jawabku enteng
“ Serius
dong. Lihat tuh si Mia. Dia pintar dan selalu mendapat juara.” Kata-kata Suna
menyakitkan hati.
Memang aku
cemburu terhadap Mia. Dia gadis yang sangat pintar. Sebenarnya aku sudah
menyaingi dia dari dulu. Tapi aku selalu kalah. Jujur, aku murid yang tak
pintar. Bagaimana gadis bodoh bisa menyaingi gadis jenius? Tapi, aku tak akan
menyerah. Karena persaingan tertutup inilah yang akan membuatku menang.
“ Hai Mia?
Rajin sekali baca buku” aku menghampiri Mia
“ Hanya
orang yang malas yang tak suka membaca. Hanya orang bodoh yang sengsara di
kemudian hari.” Kata – kata Mia membuatku marah. Tapi aku bisa sembunyikan
amarahku.
“ Aku ikut
baca ya?” tanyaku
“ Tentu.
Tapi jangan rebut.”
“Sombong
sekali. Lihat saja nanti. Nilai Ujianku pasti lebih tinggi.” Aku berkata dalam
hati. Pulang sekolah aku mampir ke pedagang semangka dekat sekolah. Saat
memilih semangka, aku melihat seorang bapak mengeluarkan gulungan duit merah
yang tebal. “Bapak ini orang kaya.” Itulah pikiranku.
“Maaf pak,
kenapa bapak tidak memakai dompet. Apa bapak tidak takut uangnya hilang?”
tanyaku
“Apa yang
kamu pikirkan pertama kali melihat
bapak?” bapak tersebut malah balik bertanya
“Bapak orang kaya.” Jawabku dengan sangat
jujur.
“Terimakasih. Kata-katamu itu adalah doa. Setiap kata itu doa. Jadi
bapak melakukan ini untuk meminta doa.” Jawaban bapak itu membuat aku bengong.
“Kalau
begitu bapak pulang dulu.”
Menakjubkan. Di jaman globalisasi sekarang
masih ada orang seperti bapak itu. Sugestinya benar-benr TOP. Akan aku panggil
bapak itu dengan nama Bapak Sugesti. Mungkin penjual semangka tadi berfikir
seperti aku. Wah, berapa banyak doa yang telah bapak itu dapatkan ya?
Esoknya,
aku berjanji pulang sekolah akan mengadakan kerja kelompok di rumah Suna dan
Panji. Perlu kalian ketahui, Suna dan Panji adalah saudara kembar. Mereka
mempunyai adik laki-laki yang hanya beda 1 tahun dari mereka dan memiliki sikap
yang suka mengatur seperti kedua kakaknya.
“ Bunga
tulip berasal dari Turki. Namun penyebarannya lebih banyak di Belanda. Jadi
banyak orang mengira bunga tulip bunga asli Belanda.” Penjelasan Mia di depan
kelas membuat aku dan seisi kelas bengong. Ternyata aku salah. Kukira bunga
tulip bunga asli belanda. Aku benar-benar harus banyak belajar. Bel pulang sekolah pun berbunyi. Ini saatnya aku
belajar di rumah Suna.
Sampainya di sana, aku dibuat terkejut. Ini rumah. Benar, ini rumah.
Gede sekali. Tapi kenapa dibelakang rumah ada hutan kecil? Saat aku masuk, aku
dibuat terkejut lagi. Bapak Sugesti yang
kemarin ada di sini.Bapak itu duduk santai membaca buku.
“Ayah,
berhenti membaca. Ini saatnya ayah tidur.” Suna menasehati bapak itu. Sebentar,
AYAH?
Astaga. Itu ayahnya.
“Nanti
aja ayah tidur. Ayah belum selesai membaca.”
“Nanti
sakit ayah kambuh lagi”
“Tidak
apa-apa. Ayah kan sudah jadi kera.” Jawaban ayah Suna membuatku bingung.
“Maaf Om,
kenapa Om bisa jadi kera?” aku menyela percakan mereka
“Oh… kamu
yang kemarin. Begini, saat orang berumur
1-24 tahun, mereka menjadi manusia. Pada saat manusia berumur 25-40
tahun, mereka menjadi kuda. Mereka bekerja tanpa lelah. Sama seperti kuda yang
selalu mempunyai beban. Saat manusia berumur 41- 55 tahun, mereka menjadi
anjing. Anjing hanya bisa menggonggong.
Sama seperti manusia, mereka hanya bisa mengeluh pada saat umur segitu. Dan
terakhir, saat manusia berumur 56-80 tahun, mereka menjadi kera. Kera tua hanya
bisa senyum-senyum sendiri seperti orang gila. Sama seperti manusia, saat
mereka berumur segitu, mereka hanya bisa senyum sendiri dan tak bisa melakukan
apa-apa.”
“Darimana
Om tahu cerita seperti itu?”
“Om membaca buku. Tapi itu hanya
cerita bohongan. Jadi jangan terlalu percaya.” Jawab bapak Sugesti yang
membuatku ternganga.
“Sudahlah
kak. Ayahku memang begitu. Buku apapun pasti ia baca. Sampai ilmu anehnya ia
sebarin ke orang lain” suara Damar
Sulit
dipercaya, Bapak Sugesti yang begitu cerdas, memiliki tiga anak yang seperti
ini. Sungguh keturunan yang beda jauh. Tapi walaupun mereka bertiga suka
mengatur, mereka adalah teman yang bisa menerima aku apa adanya. Mereka tak membedakan
orang dari golongan atas atau bawah. Ayah mereka menuju kamar untuk tidur
karena dipaksa oleh Panji.
“Pan,
ayahmu sakit apa sih? dia terlihat lesu.” Tanyaku pada Panji
“Ayah
terkena penyakit jantung kroner. Ibu sudah menyuruh ayah operasi, tapi ayah
selalu menolak.” Jawab Panji yang membuatku ikut sedih.
“Ayah
kami adalah seorang pengarang buku. Dia suka sekali buku. Ayah selalu membuat
kisah pengalaman berharganya . Ayah ingin meningkatkan minat belajar generasi
muda Indonesia lewat buku dan pengalamannya. kata ayah, pengalaman adalah
pelajaran. Percuma membaca buku kalau kita tak punya pengalaman. Ayah selalu
meyuruh kami belajar. Mencari banyak pengalaman.” Suna ikut menjawab.
Baiklah
aku mulai sekarang harus benar-benar rajin belajar. Aku harus bisa mengalahkan
Mia. Tekadku bulat. Bapak Sugesti telah memberiku dorongan. Hari demi hari aku
jalani. Aku semakin giat belajar. Namun aku merasa belum bisa mengalahkan Mia.
“Hai
Mia, aku mau nanya nih. Apa yang
membuatmu sepintar ini? Tanyaku yang sebenarnya ingin mencari informasi.
“Ini
karena aku mendengar dan merasakan apa yang dijelaskan guru.”jawab Mia singkat
“Kenapa
kamu tidak bosan belajar?” tanyaku lagi
“Karena
buku yang kubaca sangat menyenangkan. Sebetulnya aku jarang membaca buku yang
diberikan oleh sekolah. Aku lebih memilih membaca buku pelajaran yang kubeli
diluar. Itu karena buku pelajaran yang kubeli dikemas dalam bentuk
ensiklopedia. Bukannya hanya membaca buku, aku juga selalu belajar dari
pengalaman. Carilah pengalaman lebih banyak” jawab Mia panjang lebar.
“oh… hanya
itu saja.”
“Tidak.
Kita juga harus berusaha. Mempunyai inspirasi tapi tidak mau berusaha maka kita
akan gagal. Ema, apa kau pernah menjadikan seseorang sebagai inspirasimu?”
Tanya Mia
“eh… punya
sih. Tapi tak akan kuberitahu.” Jawabku. Aku tak ingin Mia tahu bahwa dia
adalah inspirasi ku. Kalau sampai ia tahu, aku bisa malu.
“Aku tidak
ingin tahu siapa inspirasimu. Itu tidak penting. Yang pasti orang yang menjadi
inspirasimu telah berhasil mengubahmu. Sekarang kau sudah lebih pintar.
Inspirasimu telah membangkitkan minat belajarmu.”
“Enak aja.
Aku memang pintar kok. Tapi baru sekarang aja aku perlihatkan kepintaran.”
Jawabanku menyombongkan diri padahal aku berbohong. Ok, informasi dari Mia akan
aku lakukan.
Baiklah,
ini adalah hari dimana hidupku dipertaruhkan. Ini adalah Ujian Nasional. Aku sudah
mempersiapkan diriku sebaik mungkin.
“Berdebar-debar ya rasanya?” Tanya Suna
“Aku yakin
kita pasti lulus.” Jawab Panji
“iya. Kita
pasti lulus dan mendapatkan SMA favorit.” Sambungku
Hari
pertama ujian aku merasa agak gugup. Namun hari-hari berikutnya aku terbiasa.
Ujian Nasional pun telah usai. Sekarang aku hanya tinggal menantikan hasilnya.
Aku tidak yakin kalau aku bisa mengalahkan Mia. Tapi kalau nanti hasil ujianku
lebih kecil darinya, itu tidak lagi menjadi masalah. Aku harus berterimakasih
kepadanya. Mia adalah inspirasiku.
“Horee…
kita bertiga lulus. Hasil ujiannya juga memuaskan.”
“iya,
nilai UN kita pasti diterima di SMA favorit.” Suna berbicara dengan sangat
bangga. Seluruh siswa di sekolahku lulus. Tentu mereka sangat senang dan pulang
sekolah nanti mereka akan mencorat-coret seragam mereka atau mengendarai motor
sambil membawa bendera yang tak jelas. Tapi dua hal itu wajar. Itu sudah
menjadi tradisi anak Indonesia.
Nilai
ujianku masih lebih kecil dari nilai milik Mia. Tapi itu bukan masalah lagi.
Berkat persaingan yang aku buat tanpa sepengetahuannya, aku bisa sukses dalam
belajar.
“ Mia, maaf
sekaligus terimakasih” aku berbicara
pada Mia
“ Untuk
apa?” Tanyanya
“Entahlah,
tapi terima kasih” aku sengaja tidak memberitahu alasannya.
“Kau anak
yang aneh” Mia bingung
Hari –
haripun berlalu. Aku berhasil sekolah di sekolah favorit yang tak perlu
kuberitahu namanya.
Dan yang paling mengejutkan, aku sekelas lagi dengan Suna
dan Panji. Kita bertiga bagaikan rantai karatan yang entah kapan akan putus.
BRUK!
“Maaf. Kamu
ngga apa-apa?” tanyaku pada seorang anak kecil yang tak sengaja aku tabrak di
jalan
“Lunas.”
“Dek,
kenapa bilang lunas? Kaki kamu berdarah tuh?”
“Aku ngga apa-apa kok kak. Mungkin ini
karmaphala karena aku pernah berbuat jahat dulu.” Jawab anak itu
“heh… siapa
namamu?” tanyaku
“Namaku
Yoga. Baiklah kak, aku pergi dulu.” Yoga pergi
Tahun demi
tahun telah aku lewati. Aku telah lulus SMA. Dan sekarang aku sudah mendapatkan pekerjaan sebagai
pengarang buku yang tak terlalu terkenal. Aku juga kuliah di sebuah Universitas
yang tak terkenal juga.Suna bekerja sebagai pegawai Bank dan Panji memiliki
perusahaan mebel. Sedangkan adik mereka Damar masih mencari pekerjaan. Minggu
ini, aku mampir ke rumah mereka. Tapi rumah mereka kosong. Aku menelpon Panji,
dan Panji mengatakan ia ada di rumah sakit yang tak perlu kuberitahu nama rumah
sakit tersebut. Aku langsung ke rumah sakit dan menuju ruangan Bapak Sugesti.
Sampainya di sana aku melihat Bapak Sugesti terbaring sangat lemas.
“Suna, jika
ayah meninggal, tolong kuburkan jasad ayah di sebuah hutan kecil.”pesan beliau
ke Suna
“Panji,
jika ayah meninggal, kuburkan ayah di sebuah kebun.”pesan beliau kepada Panji
“Damar,
jika ayah meninggal, kuburkan ayah di dekat tempat suci.” Pesan beliau ke Damar
Ibu mereka hanya bisa menangis dan pasrah akan perkataan
Bapak Sugesti tersebut. Ketiga anaknya pun terlihat bingung atas perkataan ayah
mereka. Aku pun ikut kebingungan. Bagaimana bisa 1 jasad dikubur di tiga
tempat?
“AYAH!!!”
teriakan ketiga saudara ini membuatku terkejut. Bapak sugesti telah tiada.
Beliau telah pergi. Air mataku jatuh begitu saja. Bahkan angin pun menangis
dengan lembutnya. Terlintas dipikiranku bagaimana cara mengubur jasad ayah
mereka. Ah… aku tau maksudnya
“Aku
bingung atas apa yang ayah inginkan. Bagaimana bisa kita mengubur ayah.” Damar
berbicara
“Lebih
baik kita kubur di pemakaman umum saja”Panji menjawab dengan enteng
“Tidak.”
Aku menyela begitu saja.”ayo kita kuburkan beliau di hutan belakang rumah
kalian”
“Tapi ayah
juga ingin dikuburkan disebuah kebun dan tempat suci. Bagaimana caranya”Tanya
Damar
“Tentu
saja setelah kita kuburkan di hutan belakang rumah kalian, hutan kecil itu kita
tebang dan jadikan kebun. Setelah menjadi kebun, kebun itu kita jadikan pura.
Hanya itu caranya.”
“ baiklah,
ayo kita lakukan.” Suna menyetujui usulku.
Pendapatku pun dilakukan. sudah 30 hari Bapak Sugesti dikuburkan di
hutan belakang rumahnya. Sekarang Panji sedang membangun kebun di sana.
Sedangkan Damar masih mencari kerja untuk membangun pura kecil.
Ternyata
benar kata pak Sugesti dan Mia sang Jenius. Kita pintar karena kita memiliki
inspirasi dan pengalaman. Kita bisa memiliki minat karena mendapatkan dorongan
dari orang-orang. Aku salah telah menganggap Mia sebagai saingan.
“ kenapa
melamun kak Ema?” Tanya Damar
“ Tidak. Aku hanya merasa banyak orang
unik di kota ini atau mungkin di dunia ini.”
“
Membingungkan” Damar merasa heran
“ Benar,
aku juga bingung. Tapi itu tak penting. Sekarang kamu harus mencari pekerjaan
untuk pemakaman pak Sugesti”
0000000000000000000